Ahad, 3 Julai 2016

MAKNA ALLAH HU AKBAR

Pada suatu hari Tuhan mengumpulkan seluruh binatang di penjuru bumi dan berkata, "Aku bermaksud menyembunyikan sesuatu dari manusia sampai mereka siap untuk mengetahuinya." 

Para binatang itu bertanya-tanya keheranan,"Apakah itu, wahai Yang Maha Pencipta?" 

Tuhan menjawab, "Pengetahuan atas hakikat diri mereka" 

Kata Elang, "Berikan pada hamba, hamba akan menerbangkannya ke bulan" 

Jawab Tuhan, "Jangan. Suatu hari mereka akan pergi ke sana dan menemukannya." 

Kata Ikan Paus, "Biarkan hamba yang menyembunyikan jauh di dasar lautan." 

Jawab Tuhan, "Jangan. Suatu saat mereka akan pergi ke sana pula." 

Kata Banteng, "Kalau begitu hamba akan menguburkan di padang rumput." 

Jawab Tuhan,"Tidak. Mereka akan membabat padang rumput dan menemukannya." 

Akhirnya seekor Tikus Mondok yang selamanya hidup di perut bumi, berpenglihatan rabun, namun dapat melihat dengan jelas melalui mata hatinya, berkata, "Sembunyikan saja di dalam diri mereka sendiri." 

Dan Tuhan pun berkata, "Ya! Sudah Aku lakukan!" 

Perbendaharaan Yang Tersembunyi itu bernama : "Laa Ilaha Illallah"
-
Pintu gerbangnya bernama : "Muhammadur Rasulullah"
-
Kuncinya bernama : "BismillahirRahmanirRahim"
-
Cahaya yang menerangi di dalamnya bernama : "Al Fatihah"
-
Kenderaan di dalamnya bernama : "Laahaulawala kuwataillah billah"
-
kalimah yang terkandung di dalamnya bernama : "Alllahu Akhbar"
-
Allah : Zat
Hu : Aku
Akbar : Sifat

Tatkala bumi dan langit belum ada, Arasy dan Kursi belum ada, syurga dan neraka belum ada, semesta sekalian alam pun belum ada, apa yang pertama?

Yang pertama ialah Zat semata, sendiriNya, tiada dengan Sifat, tiada dengan Asma’Nya, itulah yang pertama. 

Adapun nama Zat itu Hu, makna Hu itu Ismu Isyaratin kepada Zat tiada dengan Sifat.
Adapun Nama Allah rendah sepangkat daripada Nama Hu, tetapi (Nama Allah itu) perhimpunan segala nama seperti seorang Muhammad namanya.

Jika ia berilmu alim namanya, jika ia pandai utusan namanya, jika ia tahu menyurat khatib namanya, jika ia berniaga saudagar namanya. Sekalian nama itu dibawah nama Muhammad jua karna perhimpunan sekalian (nama itu) akan Nama Allah SWT

Yang Menjadikan Makhluk Khaliq namaNya, Yang Memberi Rezeki Razak namaNya, Yang menjadikan dengan hikmatNya Hakim namaNya. Sekalian nama ini di bawah nama Allah jua kerana nama Allah perhimpunan segala nama, tetapi nama Hu tertinggi daripada nama Allah, Adapun Zat lebih tinggi daripada nama Hu itu, Barangsiapa yang tahu maknanya ini, tahulah ia akan yang pertama itu, inilah yang dimaksudkan dengan kalimah ALLAH HU AKBAR

Pojok Renungan: Jika demikian kemana lagi engkau akan mencari pemahaman atas hakikat diri manusia selain menengok ke dalam dirimu sendiri

(Coretan oleh : Tuak ilahi)

MAKNA UMMUL KITAB DAN KITABUN MOBIN

Al-Fatihah sering diistilahkan sebagai ummul-kitab (induk kitab) dan surah-surah lainnya disebut sebagai kitabul-mubin (kitab penjelas atau perinci), Konsep ini paralel dengan konsep keturunan (genealogi)

Anak-anak yang berbeda-beda karakternya diturunkan dari Ibu dan Ayah yang sama, Perempuan dan laki-laki yang sama melahirkan anak yang bervariasi.Ada yang sangat cerdas, ada yang kurang cerdas, ada yang pemalu, ada yang pemberang, Tidak ada campur tangan orang lain di sana.

Walaupun demikian, keberbedaan dari anak yang kita lahirkan selalu kita pandang sebagai bagian dari diri kita sendiri. Demikianlah yang disebut sebagai “anak-anak menjelaskan orang tuanya”.
Anak-anak dikatakan oleh seorang sufi sebagai kitabul mubin dari orang tuanya. Boleh jadi orang tua secara lahiriah baik-baik saja, sabar, sopan santun, dan intelektual, tapi tiba-tiba anaknya amat berkebalikan.

Sebenarnya sang anak membuka sesuatu yang terpendam dalam batin si orang tua. Sebuah kebaikan atau kejahatan yang tersembunyi dalam orang tuanya akan dibuka, dirinci, dan diurai. 
Watak yang dibawa anak adalah watak orang tuanya, lahir dan batin, nampak atau tersembunyi. Seorang anak lahir dengan membuka khazanah batin orang tuanya.

Sang orang tua mungkin dapat habis-habisan menyembunyikan keadaan dirinya yang sebenarnya, apakah itu kelicikannya, ataukah rasa iri-dengkinya sehingga nampak sebagai orang hebat, bahkan mungkin diembel-embeli gelar kiai atau ulama.Namun sang anak akan berbicara seperti apa adanya. Bagi orang tua si anak adalah seorang utusan, sebuah pemberitaan “Wahai orang tuaku, seperti inilah engkau adanya”

Karena itu di dalam dunia perjalanan olah-jiwa, aspek batinlah yang ditata, dibersihkan, ditransformasi, agar kelak anak kita tidak menguji kita (dengan keburukan terpendam yang diturunkan).Jika Al-Fatihah dikatakan sebagai ummul-kitab, maka dalam hal yang paling penting dalam Al-Fatihah adalah Shirath al-Mustaqiim, puncak dan tujuan doa.Tentu saja tujuh ayat Al-Fatihah semuanya penuh dengan rahasia. Namun puncaknya di kalimat Shirath al-Mustaqiim yang bukan kebetulan ada di dalam sang ummul-kitab

(Coretan oleh :Tuak ilahi)

HU MUTLAK

Dalam tingkat keAKUan yang ghaib atau yang tidak diketahui, HU menunjukkan tidak ada bakat untuk sifat, karna di sini HU tidak dapat di katakan apa-apa. HU itu tidak ada sifat dan tidak ada lakonan denganNya, lalu daripada apakah dunia ini dizahirkan?

Sifatlah yang menzahirkan dunia ini bukan HU, kehidupan dunia ini ialah kesan ( athar ) dari sifat hidup, karna pengetahuan yang zahir dalam dunia ini adalah kesan sifat pengetahuan HU, begitu juga iradat, kuasa, penglihatan, percakapan dan lain-lain adalah kesan sifat-sifat yang aktif

Oleh itu baik dan jahat adalah daripada sifat dan bukan daripada HU, karna wujud mengambil bentuk hidup, iradat mengambil bentuk kehendak, pengetahuan mengambil bentuk akal, dan seterusnya, segala ini terzahir melalui anggota (organ)

Iradat berbentuk hati, kuasa berbentuk otak, dengar berbentuk telinga, melihat berbentuk mata, berkata berbentuk lidah, Tiap-tiap zarah (atom) adalah bentuk satu sifat, karna pengetahuan dan iradat mengambil bentuk sebagai dunia dalam wahdat, dunia adalah manifestasi atau zahirnya sifat dan lebih tepat lagi adalah satu bentuk atau rupa sifat, karna tiap-tiap sifat menampakkan dirinya dalam satu bentuk Persamaan dan perbedaan dalam bentuk adalah karna persamaan dan perbedaan dalam sifat

Jika HU yang tidak terbatas itu mempunyai pengetahuan tentang diri HU yang tidak terbatas, maka HU itu tentulah terbatas pengetahuannya, Jika HU tidak ada pengetahuan demikian, maka Pengetahuan HU atau ilmu HU tentulah tidak sempurna

Jika Yang di ketahui itu tidak terbatas, bagaimanakah pengetahuan atau ilmu meliputinya ?

Jawabnya : HU yang mutlak mempunyai ilmu yang mutlak pada tingkatan ini yang mana kaitannya dengan ilmu, yang demikian adalah juga mutlak dan mengetahui diri HU sebagai mutlak, Sempadan tidak ada di sini, karna HU Mutlak tiada terbatas oleh ilmu yang mutlak

Tidak ada sempadan bagi yang mengetahui dan yang diketahui, karna dalam tingkatan itu, apabila HU turun dari tingkatan itu, maka rupa atau bentuk yang diketahui menjelma dan itulah sempadan pertama, oleh yang demikian dalam tingkatan mutlak, ilmu dan lain-lain sifat hilang dalam HU dan HU tidak terbatas oleh ilmu, pada peringkat ini, HU adalah Batin pada diri zahir ku sendiri

Sebenarnya ada zahir dan ada batin yaitu terbatas (tidak mutlak) dan mutlak Yang satu janganlah di campur adukkan dengan yang lain, Yang tidak mutlak mengetahui tentang tidak mutlaknya dan yang mutlak mengetahui tentang mutlaknya, titik air yang mengalir ke lautan mengetahui tentang titiknya dan juga tentang lautannya, Pengetahuan yang satu tidak bercampur dengan yang lain, Ia tahu tentang kecilnya kawasannya dan tentang tiada hingganya tak ada batasannya apabila HU dan ilmu bersatu, maka tidak ada yang meliputi dan yang diliputi meliputi yang diartikan sebagai Yang Lain di sini HU dan Sifat adalah satu

Hakikat benda atau sesuatu perkara bebas daripada sifat dan tidak dapat di ceritakan, misalnya sakit, apakah itu sakit ? tidak dapat di ceritakan, tiada siapa yang dapat menceritakannya dengan perkataan atau dengan bunyi, dan memberi orang lain merasai hakikatnya, karna orang yang merasainya akan mengetahuinya dan apabila lebih daripada batasnya, maka berakhirlah dengan kematian, oleh itu hanya tidak termasuk dalam lingkungan pengetahuan fikiran dan kasyaf

Sayyid Muhammad Gaysudraz ( Wali Allah dari Gulbarga ) pernah mengatakan : "jika engkau menyembelih ayam dan menanamnya dalam tanah, semua Auliya dan Nabi-nabi bekerjasama dengan seluruh kasyaf mereka tidak akan dapat mengatakan apakah hakikatnya pada masa itu" 

Ayam ialah objek atau benda yang boleh di ukur, engkau tidak tahu sedangkan sebutir pasir yang halus itu sebabnya ialah hakikat benda itu ialah HU Mutlak dan Wujud Mutlak yang terlampaui dari sempadan ilmu dan kasyaf, maka Ianya tidak di ketahui dan tidak boleh di ketahui, Sifat dapat di ketahui, sedangkan HU mempunyai sifat-sifat 'hidup, berkehendak, berkuasa, melihat, melihat, mendengar' dan lain-lain

Jika HU membuang sifat-sifat ini, maka HU tidak tahu apakah HU sebenarnya, Jikaia berlanjutan juga menyelidiki perkara ini, engkau bisa jadi gila. Jika dalam keadaan gila itu engkau mengetahui sesuatu engkau hanya tahu yang engkau tidak tahu, oleh yang demikian, percobaan hendak mengetahui hakikat HU adalah di larang, dan HU membuat engkau mengetahui Diri ku

maksud Surah Ali Imran Ayat 30. Ilmu sendiri pun dalam keadaan ta'ajub tentang Hakikatnya karna ilmu itu sendiri meleburkan dirinya dalam HU, dalam peringkat HU, ilmu itu sendiri menjadi Hakikatnya, sehingga dan kecuali ada persaingan daripadanya, ianya tidak dapat tahu HU itu, bukanlah ilmu itu tidak sempurna karna tidak tahu HU, Jika ilmu dalam keadaan fana, maka usaha mencarinya pun akan fana juga, tidak ada kesan, di sini mencari adalah sebenarnya tidak mencari, puncak pengetahuan seseorang tentang HU ialah tidak tahu (jahil) dan ta'ajub. 

Zunnun Al-Misri ada berkata, yang berarti "Ilmu dalam Dzat Allah ialah jahil" Tidak ada Nabi atau Wali yang telah sampai atau akan sampai tingkat itu, Nabi pernah berkata yang berarti "Aku tiada tahu engkau lebih dari setakat yang dikehendaki oleh ilmu engkau" Tidak ada pandangan yang pernah melihat tajallinya HU, Jika ada pun ia mencapai tajalli ini, maka ianya binasa atau fana, karna tajalli HU melarutkan semua cermin manifestasi yang dengannya Nabi-nabi dan Aulia bersangkutan

Nabi sebagai manifestasi atau kezahiran pertama dan Wali yang kedua, Peringkat kezahiran yang kedua larut dalam pertama dan yang pertama larut dan kedua-duanya meresap masuk ke dalam Yang Tidak TERBATAS, tajalli sifat larut dalam tajalli Zat dan Yang Mutlak jua yang kekal
HU tidak ada yang kedua dan pintu kamar HU tertutup dari semua yang di luar, seseorang akan masuk ke dalamnya apabila meninggalkan diri dan menjadi tidak ada diri lagi, Yang berarti, "Sesungguhnya HU meliputi segala-galanya" Meliputi ini adalah ibarat air meliputi ombak, salju, embun, hujan batu dan lain-lain. 

HU berarti ZAT MUTHLAK yaitu tanpa mengatakan sifat, Nama AKU menunjukkan ZAT dengan semua Sifat KU, AHAD ialah peringkat di mana semua pengetahuan tidak ada , AKU itu ENGKAU tidak boleh menggunakan perkataan ini itu kepada AKU, WAHID ialah peringkat di mana Wujud AKU itu di isbatkan

HU berserta dengan tidak terbatas dan sifat-sifat tidak ada batasnya, dan ini tidak ada konsep untuk menceritakannya yaitu HU tidak ada sifat-sifat terbatas, Maka itulah yang dikatakan Hadith Nabi

"AKU lah yang Awal yang tidak ada apa pun sebelum KU, AKU lah yang Terakhir yang tidak ada apa pun selepas KU, AKU lah Yang Zahir yang tidak ada apa pun atas KU, AKU lah yang Batin yang tidak ada apa pun di bawah KU".

Tidak ada ghayr (yang lain), Adanya "ghayr" adalah mungkin hanya apabila wujud HU boleh disempadankan, Nama bukanlah hanya perkataan saja tetapi ianya adalah Zat yang di namakan itu berserta dengan Sifat KU

"PAHAMI PELAN-PELAN, JIKA SALAH TAFSIR MAKA PATAL-LAH AKIBATNYA"
--------------
(Coretan oleh : Tuak ilahi)