Isnin, 29 Mei 2017

LUKMAN AL HAKIM

Lukman Al Hakim.

Satu-satunya manusia yang bukan nabi,
bukan pula Rasul, tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Kenapa, tak lain, karena hidupnya penuh hikmah. Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hakikat hidup.

"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan ibadah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."

"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."

"Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedangmenggotong jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."

"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."

"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit darikemiskinan dan kehinaan."

"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."

"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:

1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu
7. Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu.

Ahad, 28 Mei 2017

ALLAH MAHA ESA, SEDIA DAN KEKAL



"TELAH ADA ALLAH DAN TIADA SESUATU BESERTA-NYA. DAN, DIA KINI ADALAH TETAP SEBAGAIMANA ADANYA."

Pada martabat zat, segala sifat, nama dan semua kewujudan lenyap di dalamnya, tidak boleh disaksi dan ditakbir lagi. Selagi boleh disaksi dan ditakbir ia masih lagi sifat bukan zat. Apabila sampai kepada perbatasan: “Lemah mengadakan pendapat tentang zat Ilahiat”,

seseorang tidak ada pilihan melainkan mengakui wujudnya zat Wajibul Wujud (Wajib Wujud) karena jika tidak wujud zat niscaya tidak ada sifat dan tidak ada kejadian atau perbuatan. Seorang bukan ahli kasyaf bermakrifat dengan akalnya dan beriman kepada zat Wajibul Wujud setelah terjadi kebuntuan akalnya mengenai hal ketuhanan pada suasana yang diistilahkan sebagai Wahadiyyah atau suasana penkehendakan Ilahi yang juga dipanggil Rububiah. Akal menyaksikan Rububiah atau hal ketuhanan yang menggerakkan sekalian makhluk. Peringkat kesudahan pencapaian akal dan ilmu makhluk dinamakan Hijab al-„Izzati atau benteng keteguhan. Ilmu sekalian orang alim dan arif terhenti di sini. Zat Allah s.w.t tidak diketahui oleh makhluk karena Dia tidak termasuk di dalam sempadan maklumat, pendapat dan kenyataan. Allah berfirman :

Dan Allah perintahkan supaya kamu beringat-ingat terhadap kekuasaan diri-Nya (menyeksa kamu). ( Ayat 30 : Surah a-li „Imran )

Rasulullah s.a.w bersabda: Semua kamu (yang berfikir) tentang Zat Allah adalah orang dungu. Percobaan akal untuk menembusi Hijab Keteguhan adalah sia-sia. Jika dipaksa juga tidak ada yang ditemui melainkan kemungkinan menjadi gila. Begitulah makrifat Allah s.w.t melalui akal. Makrifat dengan akal menjadi asas kepada makrifat melalui zauk atau pandangaan mata hati. Ahli Allah s.w.t meningkatkan imannya dengan membenamkan dirinya ke dalam ibadat dengan bersungguh-sungguh. Mereka berpuasa pada siang hari dan bersembahyang pada malam hari. Ada antara mereka yang bersembahyang lebih 500 rakaat sehari, khatam membaca al-Quran tiap-tiap hari dan berpuasa sepanjang tahun. Sekiranya Allah s.w.t izinkan, mereka akan mengalami hakikat wujud Zat Allah s.w.t yang sukar untuk diuraikan. Pengalaman makrifat menurut akal berhenti pada kenyataan: “Semata-mata zat, yang maujud hanya Wajibul Wujud”. Pengalaman makrifat secara zauk pula berakhir pada: “Zat yang kosong dari makhluk, yang maujud hanya Allah s.w.t. Telah ada Allah s.w.t dan tiada sesuatu beserta-Nya. Dia kini adalah tetap sebagaimana dahulunya ”.

Ungkapan ini bukan untuk dibahaskan atau diuraikan dengan terperinci karena ia telah melepasi sempadan ilmu. Ia adalah pengalaman rohani, dinamakan penyaksian hakiki mata hati, tatkala hilang rasa wujud diri dan sekalian yang maujud, hanya Wujud Allah s.w.t yang nyata, semata-mata Allah s.w.t dan segala-galanya Allah s.w.t. Keadaan ini dicapai setelah melepasi makam-makam ilmu, amal, berserah diri, rido, ikhlas, lalu masuk ke dalam makam tauhid yang hakiki dan pengalaman tauhid yang hakiki.

"Telah ada Allah s.w.t dan tiada sesuatu beserta-Nya. Allah s.w.t kini adalah Allah s.w.t yang dahulu juga."

Pengalaman rohani adalah aneh menurut kacamata akal. Ia adalah satu keadaan terlepasnya ikatan kesadaran terhadap diri sendiri dan dikuasai oleh kesadaran yang lain. Jika mau memahami akan kesadaran-kesadaran yang mempengaruhi kesadaran manusiawi itu terlebih dahulu perlulah difahami tentang kejadian manusia itu. Manusia yang bertubuh badan boleh diistilahkan sebagai alam jasad. Alam jasad mendiami alam dunia. Hubungan yang rapat antara alam jasad dengan alam dunia menyebabkan pengaruh alam dunia kepada alam jasad sangat kuat. Alam jasad menerima pengaruh alam dunia dan menganggapnya sebagai kesadaran dirinya sendiri. Ia tidak dapat lagi membedakan antara kesadaran jasad yang asli dengan kesadaran duniawi yang menguasainya.

Alam dunia pula berada di dalam Alam Malakut (alam malaikat). Alam Malakut menguasai alam dunia dan alam jasad. Tenaga malaikat-malaikat menjadi tenaga kepada dunia dan jasad yang menyebabkan dunia dan jasad boleh bergerak. Sistem yang berjalan rapi di dunia dan jasad adalah disebabkan oleh tenaga malaikat yang bekerja dengan tepat mengawalnya. Sedutan udara, kerlipan mata, peridoran darah, pertumbuhan rambut dan kuku, pergerakan otot dan semuanya adalah hasil daripada tindakan malaikat walaupun manusia tidak menyadarinya. Perjalanan matahari, penurunan hujan, tiupan angin dan semua aktiviti benda-benda dunia terhasil daripada tindakan malaikat-malaikat. Perkaitan antara jasad, dunia dan malakut adalah umpama sebatang pokok kelapa di atas sebuah pulau di dalam laut. Pokok kelapa tidak terpisah dari pulau dan tidak terpisah dari laut. Air laut meresap ke dalam tanah pulau dan air yang sama juga meresap ke dalam akar, batang, daun dan seluruh pokok kelapa. Pokok kelapa memperolehi tenaga pertumbuhan dari air laut yang meresap ke dalamnya. Begitulah ibaratnya tenaga malaikat yang menjadi sistem aktiviti manusia.

Alam Malakut dengan segala isinya termasuklah dunia dan jasad berada di dalam Alam Jabarut. Jabarut bukanlah alam separti yang difahamkan. Jabarut bermakna sifat Allah s.w.t. Ini bermakna malakut, dunia dan jasad adalah kesan daripada keupayaan sifat atau dikatakan juga perbuatan yang dihasilkan oleh sifat. Jabarut pula dikuasai oleh Lahut yaitu Zat Ilahiat. Malakut, dunia dan jasad diistilahkan sebagai sekalian alam, merupakan perbuatan yang dikuasai oleh sifat dan sifat pula dikuasai oleh zat. Ini bermakna tidak putus perkaitan di antara Lahut kepada Jabarut kepada malakut kepada dunia dan kepada jasad.

Jika dilihat kepada lapisan yang paling luar akan kelihatanlah pergerakan benda-benda. Jika direnungkan kepada lapisan yang lebih mendalam sedikit kelihatanlah pula pergerakan benda-benda dihasilkan oleh tenaga malaikat. Jika dilihat kepada lapisan yang lebih mendalam akan kelihatan pula pergerakan benda-benda dan tenaga malaikat merupakan perbuatan Tuhan. Jika dilihat kepada lapisan yang lebih dalam akan kelihatan pula sekalian perbuatan Tuhan itu adalah kesan daripada keupayaan sifat Allah s.w.t. Jika dilihat kepada lapisan yang paling dalam akan kelihatanlah bahwa sekalian alam yang muncul karena perbuatan Tuhan, perbuatan pula lahir daripada keupayaan sifat Tuhan dan sifat pula bersumberkan zat Ilahiat. Jika dilihat semuanya tanpa terdinding antara satu dengan yang lain maka kelihatanlah bahwa zat Ilahiat menguasai segala sesuatu.

Apabila semuanya sudah sempurna kedudukannya maka Allah s.w.t mengwujudkan sesuatu yang sangat istimewa. Ia adalah roh manusia. Roh manusia adalah sesuatu yang dari Allah s.w.t, tiupan Roh Allah s.w.t, berkait dengan Zat Allah s.w.t, tidak boleh dinisbahkan kepada apa saja melainkan kepada Allah s.w.t, tetapi ia bukanlah Allah s.w.t karena “Tiada sesuatu yang menyamai-Nya”. Roh manusia yang dinisbahkan kepada Allah s.w.t inilah yang paling mulia:

"Kemudian apabila Aku sempurnakan kejadiannya (Adam), serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku maka hendaklah kamu sujud kepadanya." ( Ayat 72 : Surah Saad )

Kemuliaan roh manusia yang Allah tiupkan dari Roh-Nya menyebabkan malaikat-malaikat kena sujud kepada Adam. Roh pada martabat ini adalah urusan Allah s.w.t: Katakanlah:

“Roh itu dari perkara urusan Tuhanku”. ( Ayat 85 : al-Israa‟ )

Bagaimana atau apakah perkaitan roh dengan Allah s.w.t? Perkaitannya adalah Rahasia Allah s.w.t yang manusia tidak diberi pengetahuan mengenainya kecuali sedikit saja. Roh pada martabat Rahasia Allah s.w.t inilah yang sudah mengenal Allah s.w.t dan menyaksikan bahwa: Sesungguhnya Allah Maha Esa. Tiada sesuatu beserta-Nya.

Roh yang berkait dengan Allah s.w.t menghadap kepada Allah s.w.t dan dikuasai oleh kesadaran yang hakiki atau penglihatan rohani yang hakiki atau kesadaran tauhid yang hakiki. Roh urusan Allah s.w.t itu kemudiannya berkait pula dengan perbuatan Allah s.w.t yaitu alam. Unsur alam yang menerima perkaitan dengan roh urusan Allah s.w.t itu dinamakan roh juga. Roh jenis kedua ini menghuni alam separti makhluk Tuhan yang lain juga. Tempat roh tersebut ialah Alam Arwah {alam roh}. Roh yang mendiami Alam Arwah ini kemudiannya berkait pula dengan jasad. Jasad yang berkait dengan roh menjadi hidup dan dipanggil manusia. Perjalanan dari atas ke bawah ini dinamakan:

"Kami datang dari Allah s.w.t."

Oleh sebab manusia datang dari Allah s.w.t mereka berkewajiban pula kembali kepada Allah s.w.t.

"Kepada Allah s.w.t kami kembali."

Perjalanan kembali kepada Allah s.w.t hendaklah dilakukan ketika jasad masih lagi diterangi oleh roh yaitu ketika kita masih hidup di dalam dunia. Apabila roh sudah putus hubungannya dengan jasad, tidak ada lagi peluang untuk kembali kepada Allah s.w.t. Siapa yang buta (hati) di dunia akan buta juga di akhirat, malah lebih buruk lagi. Hamba Allah s.w.t yang menyadari kewajibannya akan berusaha bersungguh-sungguh untuk kembali kepada Allah s.w.t ketika kesempatan masih ada. Syariat diturunkan supaya manusia tahu jalan kembalinya. Orang yang berjuang untuk kembali kepada asalnya melepaskan kesadaran alam bawah yang menguasainya. Dia masuk kepada kesadaran malaikat. Kemudian dia keluar dari kesadaran malaikat dan masuk kepada kesadaran roh yang murni dan seterusnya masuk kepada kesadaran roh yang menjadi Rahasia Allah s.w.t dan kembali menyaksikan Yang Hakiki sebagaimana telah disaksikannya sebelum berkait dengan jasad dahulu. Keluarlah ucapannya:

"Telah ada Allah s.w.t (sebagaimana ia menyaksikan sebelum berkait dengan jasad) dan tiada sesuatu yang menyertai-Nya (sebagaimana disaksikannya dahulu). Dan Dia kini (sedang disaksikannya semulai) sama separti ada-Nya (separti yang disaksikannya dahulu).''

Keadaannya adalah separti orang yang melihat kepada sesuatu, kemudian dia memejamkan matanya seketika. Bila dia membuka matanya semulai dia melihat sesuatu yang sama berada dihadapannya. Tahulah dia bahwa pengalaman semasa memejam mata itu sebenarnya gelap, majazi atau khayalan. Dia kembali melihat yang benar setelah matanya terbuka. Jadi, seseorang hanya boleh melihat Yang Hakiki setelah kembali kepada keasliannya yaitu dia kembali melihat dengan penyaksian hakiki mata hati. Hikmat di atas walaupun pendek tetapi menggambarkan perjalanan datang dan pergi yang sangat jauh, bermulai dari Allah s.w.t, sampai kepada dunia dan jasad, kemudian kembali semulai kepada Allah s.w.t. Perjalanan yang telah diceritakan di atas adalah pengalaman rohani bukan perpindahan jasad dari satu tempat kepada tempat yang lain. Orang yang sedang mengalami hal yang demikian masih berada di bumi, masih bersifat sebagai manusia, bukan ghaib daripada pandangan orang lain. Hanya perhatian dan kesadarannya terhadap yang selain Allah s.w.t ghaib dari alam perasaan hatinya. Pengalaman rohani tersebut memberinya kefahaman dan pengenalan tentang Tuhan. Makrifatullah melalui pengalaman rohani jauh lebih kuat kesannya kepada hati daripada makrifatullah melalui pandangan akal. Akal yang mengenali Allah s.w.t bersifat Maha Melihat dan Mendengar melahirkan kewaspadaan pada tindakan dan tingkah-laku. Makrifat tentang Allah Maha Melihat dan Mendengar yang dialami secara kerohanian menyebabkan gementar dan kecut hati sehingga ketara pada tubuh badan separti pucat mukanya dan menggigil tubuhnya.

Pengalaman kerohanian tentang Allah Maha Esa menanamkan pengartian pada hati mengenai keesaan Allah s.w.t. Pengartian yang lahir secara demikian menjadi keyakinan yang teguh, tidak boleh dibahas atau ditakwilkan lagi.

Jumaat, 26 Mei 2017

SOLAT SUNAT TASBIH

Solat ini disebut Solat Tasbih kerana diucapkan tasbih sebanyak 300 kali dalam empat rakaat solatnya. Solat Sunat Tasbih dianjurkan kalau boleh tiap-tiap malam, andaikata tidak sanggup, kerjakanlah sekurang-kurangnya sekali dalam seumur hidup.

Solat sunat Tasbih ini telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Saidina Abbas bin Muththalib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika kamu mampu solat tasbih setiap hari, maka lakukanlah. Jika tidak mampu, maka lakukanlah setiap hari Jumaat atau sebulan sekali atau setahun sekali atau seumur hidup sekali .“ ( HR. A bu Daud dan Ibnu Majah )

Solat Tasbih ini dapat membuka pintu ampunan Allah SWT. di atas segala dosa, dari awal hingga akhir, lama maupun baru, disengaja atau tidak, kecil ataupun besar, nampak maupun tersembunyi.

Daripada Ibnu ‘Abbas r.a.; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda kepada bapa saudaranya Abbas bin Abdul Muthallib; ‘Wahai al-‘Abbas, bapa saudaraku! Sukakah aku berikan, aku kurniakan dan aku ajarkan kepadamu ‘sepuluh kelebihan’ jika kamu lakukannya, nescaya Allah akan mengampunkan dosa kamu dari awal hingga akhirnya, yang lama dan yang baru, yang tersalah dan yang disengajakan, yang kecil dan yang besar, yang tersembunyi dan yang terang-terangan;

iaitulah kamu menunaikan solat empat rakaat di mana kamu membaca pada setiap rakaat surah al-Fatihah dan satu surah (yang lain), kemudian apabila selesai membaca (al-Fatihah dan surah itu) engkau bacalah ketika sedang berdiri itu; “سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر” (Subhanallah Walhamdulillah Walaa Ilaaha Ilallah Wallahu Akbar) sebanyak 15 kali. Kemudian kamu rukuk dan semasa rukuk itu kamu membaca sebagaimana bacaan tersebut sebanyak 10 kali.

Kemudian kamu angkat kepalamu dari rukuk dan membaca 10 kali juga (ketika sedang berdiri I’tidal itu). Kemudian kamu sujud dan membaca semasa sujud sebanyak 10 kali. Kemudian kamu bangun dari sujud dan membaca 10 kali lagi. Kemudian kamu sujud semula dan membaca 10 kali juga. Kemudian engkau angkat kepalamu dari sujud dan membacanya 10 kali lagi sebelum bangun ke rakaat berikutnya. Demikianlah 75 kali pada setiap rakaat. Hendaklah kamu lakukannya dalam empat rakaat. Jika kamu dapat kerjakan solat itu pada setiap hari sekali, maka lakukanlah. Jika tidak mampu, lakukanlah sekali pada setiap jumaat. Jika tidak mampu, lakukanlah pada setiap bulan. Jika tidak mampu, lakukanlah pada setiap tahun. Jika tidak mampu juga, lakukanlah sekali seumur hidup.” (HR Imam Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

Niat shalat sunat tasbih 2 rakaat:

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
USHALLII SUNNATAT TASBIIHI RAK’ATAINI LILLAHI TA’ALAA.

Artinya : “Aku (niat) shalat sunat tasbih 2 rakaat, karena Allah Taala.”

Niat shalat sunat tasbih 4 rakaat:

أُصَلِّى سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَى

USHALLII SUNATAT TASBIIHI ARBA’A RAK’AATAINI LILLAHI TA’AALAA.

Artinya: “Aku (niat) shalat sunat tasbih 4 rakaat, karena Allah Taala.”

Bila berjamaah, sebelum kata “LILLAHI TA’ALAA” ditambah dengan kata “MA’MUUMAN” (mengikuti imam), jika menjadi makmum, atau kata “IMAAMAN” (menjadi imam), jika bertindak sebagai imam.

1) Setelah takbiratul ihram dan niat, langsung membaca do’a iftitah. Setelah itu membaca tasbih berikut sebanyak 15 kali yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Artinya: “Mahasuci Allah, segala puji milik Allah, tak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.”

2) Kemudian membaca ta’awwudz,basmalah,surat Al-Fatihah dan surat atau ayat-ayat lainnya, lalu membaca tasbih 10 kali (seperti tasbih diatas).

3) Setelah itu ruku’,sambil membaca tasbih ruku 3 kali, dilanjutkan dengan membaca tasbih 10 kali.

4) Kemudian bangun dari ruku (i’tidal) dengan membaca do’a I’tidal seperti biasa, lalu membaca tasbih 10 kali.

5) Setelah itu sujud, sambil membaca tasbih sujud sebnyak 3 kali, dilanjutkan dengan membaca tasbih 10 kali.

6) Kemudian bangun dari sujud (duduk antara dua sujud) dengan membaca do’anya seperti biasa, lalu membaca tasbih 10 kali.

7) Setelah itu sujud kedua,sambil membaca tasbih sujud 3 kali, dilanjutkan dengan membaca tasbih 10 kali.

8) Kemudian berdiri untuk melaksanakan rakaat kedua, dan langsung membaca tasbih sebanyak 15 kali. Setelah itu membaca ta’awwudz,basmalah surat Al-Fatihah, surat atau ayat lainnya dan tasbih 10 kali.

Begitulah seterusnya seperti yang dikerjakan di rakaat pertama. Jika telah 2 rakaat, maka setelah sujud yang kedua dilanjutkan dengan tasyahud akhir dan memberi salam. Setelah itu berdiri untuk mengerjakan 2 rakaat lagi, dengan cara yang sama seperti 2 rakaat sebelumnya,baik niat,gerakan maupun bacaannya (keciali surat atau ayat-ayat lainnya.

Jika dikerjakan 4 rakaat sekaligus, maka setelah sujud kedua, langsung berdiri untuk mengerjakan rakaat ketiga (tanpa tasyahud awal). Cara mengerjakan rakaat ketiga ini sama dengan cara mengerjakan rakaat sebelumnya.

RAMADAN BULAN IBADAH


Ramadan Bulan Ibadah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Bila bulan Ramadan tiba, maka dibukalah pintu-pintu syurga, pintu-pintu neraka ditutup dan syaitan-syaitan pun dibelenggu." (HR Muslim No: 1793) Status: Hadis Sahih

Pengajaran:

Apabila Ramadan menjelang, Rasulullah SAW mengingatkan para sahabat agar bersedia dengan kedatangan bulan Ibadah:

1. Ramadan adalah bulan yang diwajibkan keatas umat Islam berpuasa.

2. Ramadan adalah bulan Syiam (berpuasa di siang hari) dan Qiam (menghidupkan malam dengan solat sunat, tilawah al-Quran, zikir, doa).

3. Ramadan adalah bulan ibadah dimana dibuka pintu-pintu syurga. Mereka yang terus melaksanakan belbagai perbuatan yang mengandungi ibadah atau kebaikan akan menyediakan dengan rahmah Allah untuknya masuk ke dalam syurga.

4. Pintu neraka ditutup di bulan Ramadan. Ertinya, dengan kehadiran bulan Ramadan yang, kita dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan maka dengan sendirinya perbuatan yang tidak baik (maksiat) dihindarkan. Dengan demikian, maka tidak ada lagi kesempatan untuk bermaksiat, dengan itu tertutuplah pintu-pintu neraka.

5. Bulan Ramadan dipermudahkan kepada umat Islam melaksanakan ibadah kerana syaitan telah dirantai atau dibatasi pergerakkannya untuk mengganggu.

Ayuh kita menyediakan diri dengan bersungguh-sungguh untuk menemui Ramadan yang dijangka akan bermula pada hari esok. Ahlan Ya Ramadan.