Khamis, 30 Jun 2016

MAKNA AKU DENGAR DAN AKU TAAT

Di zaman Nabi ada segelintir KAUM SYARIAT munafik yang datang menemui Nabi untuk bertanya beberapa soalan agama. Tujuan kedatangan mereka sebenarnya bukan untuk beriman kepada Nabi, tetapi sekadar untuk tahu apakah Nabi bisa menjawab persoalan mereka, dan sekadar untuk menguji dengan ego keakuan.

Misalnya ada yang meminta-minta dalil dan fakta demi menyakinkan mereka bahwa Nabi pernah pergi dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa lalu naik ke Langit dan pulang ke rumahnya hanya tak sampai pun dalam satu malam. Sedangkan pernyataan dari hal Masjidil Al Aqsa itu sahih namun hati mereka tetap terhijab dari melihat cahaya hakiki... "kebenaran telah terhijab disebalik keakuan diri mereka"

KAUM SYARIAT sering meminta dalil namun ketika dihuraikan dengan ilmu hakikat... hati mereka masih tertutup rapat... karna pintu kaabah sirri (hati) tetap tertutup, dan tidak sering dibuka. Demikianlah juga, memang ada segelintir KAUM SYARIAT yang tidak akan mengimani Yang Haq selagi tidak ada dalil dan faktanya yang dapat memuaskan akal mereka. Seolah-olah akal mereka itulah Tuhan mereka yang haq. Maka di manakah sebenarnya letak kekuatan dan kesahihan iman itu ketika akal hanya diletakkan diketinggian bukit Thursina tidak diketinggian alam melepasi Sidratul Muntaha?

Bagaimana memenuhi hasrat akal bagi mengimani Tuhan yang Zat-Nya Ghaib Mutlak, Malaikat yang halus tiada berjirim dan berjisim, Nabi-nabi yang tak pernah dilihat oleh mata kecuali pengkhabaran berita yang sudah menjadi sejarah, hari akhirat serta syurga dan neraka yang ilusi dan khayal disisi akal, kitab Lauhul Mahfuz yang mencatat Qada dan Qadar yang tidak pernah terlihat dengan indera... kecuali dikhabarkan oleh Rasul-Nya dan diyakini dengan hati tanpa dalil yang nyata dimata akal

"Aku dengar...aku taat..." penyataan keimanan yang tidak memerlukan dalil apapun. Percaya kepada perkara-perkara Ghaib menjadi syarat beriman kepada alam hakikat disebalik alam syariat yang kelihatan nyata... namun itulah ada sesuatu disebalik sesuatu.

Sesungguhnya bukan dalil dan kenyataan mengenai Yang Haq itu tidak ada, tetapi ada manusia yang masih gagal untuk memandang dalil dan kenyataan itu secara terang dan tersirat. Dalil yang cukup terang ialah bagaimana Allah menzahirkan tubuh dan nyawa mereka sendiri, Adakah sifat-sifat yang nyata pada dirimu itu tidak cukup untuk memberi bukti akan hak-hak Allah Yang Haq?
-
Adakah engkau yang mentadbir dirimu... atau ada selain diri mu?
-
Apakah engkau yang tahu ketika tahumu... atau dipertahukan?
-
Apakah engkau yang hidup ketika hidupmu... atau diperhidupkan?
-
Apakah engkau punya kehendak ketika merasa berkehendak... atau diperkehendakkan?
-
Apakah engkau melihat... atau diperlihatkan? 
-
Apakah kata-kata itu lahir dari kalammu... atau engkau diperkatakan melalui anak lidahmu? 
-
Apakah engkau berupaya dengan kuasa dari sifatmu... atau diperkuasakan?
-
Apakah penzahiran ribuan dari sifat-sifatmu... atau disifati oleh yang Maha Sempurna sifat-sifat-Nya,,, maka nikmat Tuhan yang manakah yang hendak engkau dustakan, Perhatikanlah dengan hati yang dalam... AGAR ENGKAU TIDAK MENJADI TUHAN YANG DIPERINTAH UNTUK DINAFIKAN

(Coretan oleh: Tuak ilahi)

MAKNA MENUJU PUNCAK

Puncak kehidupan rohani harus melepaskan dari arena hukum syariat, dan kembali kepada kedirian

Lepaslah dari hukum, semisal syahadat, sholat, puasa, zakat, haji, makan, minum, berpakaian, menikah, tempat-tinggal, dan kecenderungan-kecenderungan lainnya dan masuklah engkau ke dalam hadrat keakuan tuhanmu.

Sebagaimana Allah berfirman: "Katakanlah jika kau mencintai Allah, ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu." (QS.3:31)

Bila telah terlepas dari hukum syariat dan ketakpatuhan, baik lahiriah mahupun batiniah, maka yang ada padamu hanyalah keesaan Allah, dan yang ada pada lahiriahmu hanyalah kepatuhan dan pengabdian kepada Allah

Hal ini kemudian menjadi sikap, pakaian, gerak dan diammu, di kala malam, siang, dalam perjalanan, di rumah, dalam kesulitan, dalam kemudahan, dan dalam segala keadaan, Maka dibawalah engkau ke lembah-Nya, dan dikendalikan oleh-Nya.

Berlepaslah dari segala upaya, perjuangan dan dayamu, maka dibawa kepadamu yang pena tak kuasa menuliskannya, dan engkau menjadi begini, terlindung dan terselamatkan di tengah-tengahnya. Berkesesuaian dengan kehendak-Nya diperoleh di dalamnya, Allah berfirman :

"Sesungguhnya telah Kami turunkan pengingat dan sesungguhnya Kami yang menjaganya" (QS.15:90)

"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian, sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan Kami." (QS.12:24)

Maka perlindungan Allah menyertaimu, hingga engkau menghadap-Nya dengan kasih-sayangNya

(Coretan oleh :Tuak ilahi)

IBADAH YANG SIA-SIA

Sebanyak mana dan apa pun ibadah yang kita tunaikan tanpa di dasari ilmu (mengenal tuhan), maka akan sia-sia, dan bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan malaikat "Maa Robbuka" (Siapa tuhanmu). Apa yang harus kita jawab soalan itu?

Hampir 100% semua orang tahu jawapan iaitu Allah tuhanku. Pernahkah kita terpikir untuk lebih mengenal Allah, yang bukan hanya sekadar kenal NAMA dan TULISAN. Yang harus kita cari adalah Yang empunya nama itu, sehingga walaupun sedikit ibadah yang kita tunaikan dengan mengenal, maka itu jauh lebih afdhol (manafaat).

"Awaluddin Makrifatullah"
Awal mula agama itu dengan mengenal ALLAH SWT.

- Kemana kamu hadapkan wajahmu di situlah Allah.

- Terangnya sinar matahari lebih terang lagi Allah, dekatnya mata putih dengan mata hitam lebih dekat lagi Allah.

- Allah itu lebih dekat dari urat lehermu.

- Allah meliputi sekalian Alam ( kaji lah kata meliputi itu )

Semoga dengan sedikit ini dapat kita jadikan renungan ( Tafakkur) dalam diri, sehingga kita dapat mengenal Allah.

Hadist: Barang Siapa yang mengenal dirinya maka kenallah ia akan Tuhannya, dan barang siapa yang kenal Tuhannya maka binasalah jasadnya.

Hadist : Aku mengenal Allah dengan Allah.

"Pesan Guruku"
Jangan sampai terlihat adanya diri barulah terlihat Allah. Apa lah ertinya belajar ilmu makrifat jika tidak putus....... Ilmu makrifat ini ilmu putus (ilmu pemutus).

Pandang yang satu pads yang banyak.
Pandang yang banyak pada yang satu.

Rabu, 29 Jun 2016

HADIS 16

Daripada  Abu Hurairah  r.a.:    : Bahawa  seorang  lelaki  berkata  kepada  Nabi SAW:  Berikan daku  wasiat.  Baginda  bersabda:  Janganlah engkau marah.  Lelaki  itu  mengulangi  soalan  itu  beberapa  kali. Baginda  tetap  bersabda: Janganlah engkau  marah. Hadis riwayat  al-lmam  al-Bukhari.

Pengajaran Hadis:-

Hadis  ini  menerangkan  betapa  sifat marah  itu  perlu  dihindari oleh  setiap mukmin,  kerana  marah membawa  banyak  keburukan  terhadap  diri  sendiri juga  terhadap  orang  lain. Jangan  marah  ertinya  mengelakkan  sebarang  sebab yang  membawa kepada  kemarahan. 

la juga bererti menahan marah  bila  dia  marah. Erti menahan  marah ialah  menahan  dari  melaksanakan  tuntutan ledakan marah  seperti  memukul,  memaki  hamun  atau  mengamuk. Seseorang yang  gagah  perkasa  dan handal  bukan  hanya  yang  mampu  beradu  tenaga,  bahkan  juga  orang yang  mampu menahan  marah.

Marah  diizinkan  hanya  apabila  ia didorong  oleh  perasaan  mahu  membela kebenaran  kerana Allah, namun mestilah  menurut  cara  hikmah  dan  batas  yang  dibenarkan.

NUR KURNIAAN ALLAH

DIKURNIAKAN PETUNJUK KEPADA ORANG-ORANG YANG BERJALAN KEPADA ALLAH S.W.T DENGAN NUR-NUR TAWAJJUH (MENGHADAP ALLAH S.W.T) DAN BAGI ORANG YANG TELAH SAMPAI BAGI MEREKA IALAH NUR-NUR AL-MUWAAJAHAH (MUSYAHADAH ATAU SALING BERHADAPAN ANTARA HAMBA DENGAN ALLAH S.W.T). MEREKA YANG PERTAMA ITU ADALAH UNTUK NUR-NUR, SEDANGKAN MEREKA YANG TELAH SAMPAI ADALAH NUR-NUR ITU BUAT MEREKA LANTARAN MEREKA INI ADALAH KARENA ALLAH S.W.T BUKAN KARENA SESUATU SELAIN-NYA. KATAKANLAH: “ALLAH!” KEMUDIAN BIARKAN MEREKA (ORANG BANYAK) BERMAIN-MAIN DALAM KESESATAN.

Hikmat ini menceritakan keadaan dua golongan yang dipanggil sebagai ahli tawajjuh dan ahli musyahadah. Ahli tawajjuh adalah orang salih yang berpegang teguh kepada syariat Allah s.w.t dan biasanya digelar ahli syariat. Orang salih atau ahli syariat melihat dirinya sebagai satu individu yang berkedudukan sebagai hamba Allah s.w.t. Dia berkewajiban melaksanakan segala perintah Allah s.w.t dan menjauhkan segala larangan-Nya. Dia melaksanakan amal kebaikan dengan ikhlas, tidak didorong oleh ria dan ujub, tidak berbuat sama‟ah dan tidak menyombong dengan amal tersebut. Allah s.w.t memberkati amal ibadat yang demikian dan mengurniakan kepada mereka Nur Tawajjuh. Nur yang demikian membuat mereka merasa damai dan tenang serta bertambah rasa kehampiran dengan Allah s.w.t. Mereka tidak merasa berat untuk melakukan ibadat walau berapa banyak sekalipun karena semakin banyak ibadat yang mereka lakukan semakin mereka memperolehi taqarrub (mendekat dan berhadap kepada Allah s.w.t) dan semakin mereka merasa kelazatan beribadat. Mereka bukan saja meninggalkan perkara yang haram tetapi juga yang mubah. Banyak daripada perkara yang halal ditinggalkan bagi menjaga agar mereka tidak terdorong mendekati yang haram, apa lagi melakukannya. Inilah sifat ahli syariat, memakai pakaian warak dan berjalan dengan Nur Tawajjuh.  

Golongan kedua ialah ahli musyahadah, biasanya dipanggil ahli hakikat. Ahli hakikat ialah orang yang mencapai hakikat syariat dan tauhid sehingga tidak melihat lagi sesuatu kecuali Allah s.w.t. Mereka menyaksikan bahwa Allah s.w.t adalah Tuhan Yang Maha Berdiri Dengan Sendiri, Maha Menkehendak dan Maha Menentukan. Mereka menyaksikan sifat Allah Yang Maha Sempurna dan Kekal. Pandangan mereka hanya tertumpu kepada Allah Azza wa Jalla. Segala yang maujud tidak memberi bekas pada hati mereka, hanya Wujud Allah s.w.t yang menguasainya, terjadilah musyahadah yaitu saling berhadapan. nur-nur al-muwaajahah meleburkan hijab yang menutupi alam maujud lalu mata hati melihat kepada Yang Tersembunyi disebalik yang nyata. Hamba melihat Rahasia Tuhan yang selama ini terhijab oleh Alam al-Mulk (alam kejadian) dan Allah s.w.t menyaksikan pengabdian hamba-Nya. Terbukalah kepada si hamba rahasia Alam Malakut dan nyatalah kedudukan hamba sebagai ayat atau tanda wujud. Hamba melihat ketuhanan Allah s.w.t yang meliputi segala sesuatu dan Allah s.w.t menyaksikan pengabdian hamba-Nya meliputi ilmunya, ahwalnya dan hatinya.  

Allah s.w.t bukakan tabir hijab agar mata hati hamba-Nya dapat menyaksikan kerajaan-Nya yang meliputi yang nyata dan juga yang ghaib.   Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Nabi Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami) di langit dan di bumi, dan supaya menjadilah ia dari orang-orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yaqin. ( Ayat 75 : Surah al-An‟aam )  

Dan janganlah engkau menyembah tuhan yang lain bersama-sama Allah. Tiada  Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan Zat Allah.  ( Ayat 88 : Surah al-Qasas )  

Ada perbedaan pandangan di antara ahli syariat dan ahli hakikat. Ahli syariat berjihad membunuh musuh-musuh Allah s.w.t karena mengharapkan keridoan-Nya, moga-moga Allah s.w.t mengurniakan kepada mereka nur-nur yang membawa mereka hampir kepada-Nya. Ahli hakikat pula ketika berjihad dan membunuh mereka melihat kepada firman Allah s.w.t:  

Maka bukanlah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah jualah yang menyebabkan pembunuhan mereka. Dan bukanlah engkau (wahai Muhammad) yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah jualah yang melempar (untuk membinasakan orang-orang kafir). ( Ayat 17 : Surah al-Anfaal ) 

Orang-orang yang sampai kepada Allah s.w.t berkecimpung dalam nur-nur karena:  

Allah yang menerangi langit dan bumi. ( Ayat 35 : Surah an-Nur )

Nurullah menjadi jelas nyata pada penglihatan mata hati ahli musyahadah. Kewujudan langit dan bumi tidak menghijab mata hati mereka. Tidak mungkin terlihat langit dan  bumi jika  Nurullah tidak menerangi keduanya.