DIKURNIAKAN PETUNJUK KEPADA ORANG-ORANG YANG BERJALAN KEPADA ALLAH S.W.T DENGAN NUR-NUR TAWAJJUH (MENGHADAP ALLAH S.W.T) DAN BAGI ORANG YANG TELAH SAMPAI BAGI MEREKA IALAH NUR-NUR AL-MUWAAJAHAH (MUSYAHADAH ATAU SALING BERHADAPAN ANTARA HAMBA DENGAN ALLAH S.W.T). MEREKA YANG PERTAMA ITU ADALAH UNTUK NUR-NUR, SEDANGKAN MEREKA YANG TELAH SAMPAI ADALAH NUR-NUR ITU BUAT MEREKA LANTARAN MEREKA INI ADALAH KARENA ALLAH S.W.T BUKAN KARENA SESUATU SELAIN-NYA. KATAKANLAH: “ALLAH!” KEMUDIAN BIARKAN MEREKA (ORANG BANYAK) BERMAIN-MAIN DALAM KESESATAN.
Hikmat ini menceritakan keadaan dua golongan yang dipanggil sebagai ahli tawajjuh dan ahli musyahadah. Ahli tawajjuh adalah orang salih yang berpegang teguh kepada syariat Allah s.w.t dan biasanya digelar ahli syariat. Orang salih atau ahli syariat melihat dirinya sebagai satu individu yang berkedudukan sebagai hamba Allah s.w.t. Dia berkewajiban melaksanakan segala perintah Allah s.w.t dan menjauhkan segala larangan-Nya. Dia melaksanakan amal kebaikan dengan ikhlas, tidak didorong oleh ria dan ujub, tidak berbuat sama‟ah dan tidak menyombong dengan amal tersebut. Allah s.w.t memberkati amal ibadat yang demikian dan mengurniakan kepada mereka Nur Tawajjuh. Nur yang demikian membuat mereka merasa damai dan tenang serta bertambah rasa kehampiran dengan Allah s.w.t. Mereka tidak merasa berat untuk melakukan ibadat walau berapa banyak sekalipun karena semakin banyak ibadat yang mereka lakukan semakin mereka memperolehi taqarrub (mendekat dan berhadap kepada Allah s.w.t) dan semakin mereka merasa kelazatan beribadat. Mereka bukan saja meninggalkan perkara yang haram tetapi juga yang mubah. Banyak daripada perkara yang halal ditinggalkan bagi menjaga agar mereka tidak terdorong mendekati yang haram, apa lagi melakukannya. Inilah sifat ahli syariat, memakai pakaian warak dan berjalan dengan Nur Tawajjuh.
Golongan kedua ialah ahli musyahadah, biasanya dipanggil ahli hakikat. Ahli hakikat ialah orang yang mencapai hakikat syariat dan tauhid sehingga tidak melihat lagi sesuatu kecuali Allah s.w.t. Mereka menyaksikan bahwa Allah s.w.t adalah Tuhan Yang Maha Berdiri Dengan Sendiri, Maha Menkehendak dan Maha Menentukan. Mereka menyaksikan sifat Allah Yang Maha Sempurna dan Kekal. Pandangan mereka hanya tertumpu kepada Allah Azza wa Jalla. Segala yang maujud tidak memberi bekas pada hati mereka, hanya Wujud Allah s.w.t yang menguasainya, terjadilah musyahadah yaitu saling berhadapan. nur-nur al-muwaajahah meleburkan hijab yang menutupi alam maujud lalu mata hati melihat kepada Yang Tersembunyi disebalik yang nyata. Hamba melihat Rahasia Tuhan yang selama ini terhijab oleh Alam al-Mulk (alam kejadian) dan Allah s.w.t menyaksikan pengabdian hamba-Nya. Terbukalah kepada si hamba rahasia Alam Malakut dan nyatalah kedudukan hamba sebagai ayat atau tanda wujud. Hamba melihat ketuhanan Allah s.w.t yang meliputi segala sesuatu dan Allah s.w.t menyaksikan pengabdian hamba-Nya meliputi ilmunya, ahwalnya dan hatinya.
Allah s.w.t bukakan tabir hijab agar mata hati hamba-Nya dapat menyaksikan kerajaan-Nya yang meliputi yang nyata dan juga yang ghaib. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Nabi Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami) di langit dan di bumi, dan supaya menjadilah ia dari orang-orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yaqin. ( Ayat 75 : Surah al-An‟aam )
Dan janganlah engkau menyembah tuhan yang lain bersama-sama Allah. Tiada Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan Zat Allah. ( Ayat 88 : Surah al-Qasas )
Ada perbedaan pandangan di antara ahli syariat dan ahli hakikat. Ahli syariat berjihad membunuh musuh-musuh Allah s.w.t karena mengharapkan keridoan-Nya, moga-moga Allah s.w.t mengurniakan kepada mereka nur-nur yang membawa mereka hampir kepada-Nya. Ahli hakikat pula ketika berjihad dan membunuh mereka melihat kepada firman Allah s.w.t:
Maka bukanlah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah jualah yang menyebabkan pembunuhan mereka. Dan bukanlah engkau (wahai Muhammad) yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah jualah yang melempar (untuk membinasakan orang-orang kafir). ( Ayat 17 : Surah al-Anfaal )
Orang-orang yang sampai kepada Allah s.w.t berkecimpung dalam nur-nur karena:
Allah yang menerangi langit dan bumi. ( Ayat 35 : Surah an-Nur )
Nurullah menjadi jelas nyata pada penglihatan mata hati ahli musyahadah. Kewujudan langit dan bumi tidak menghijab mata hati mereka. Tidak mungkin terlihat langit dan bumi jika Nurullah tidak menerangi keduanya.
0 ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.