ILMU SYAHADAH - TINGKATAN ILMU TERTINGGI ANUGERAH ALLAH
Ilmu syahadah adalah suatu ilmu yang paling tinggi didalam tingkatan
pelajaran ilmu Allah yang dapat dikuasai oleh manusia. Ia merupakan
martabat ilmu yang tertinggi. Ilmu ini adalah suatu ilmu makrifat dan
syahadah secara sebenar-benar kepada Allah swt. Ilmu ini, Tuhan sendiri
akan mengajar manusia mengenai diriNya. Dengan lain perkataan bolehlah
ditegaskan disini bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri
Allah itu sendiri. Hanya orang-orang yang mencapai martabat ilmu ghaib
yang paling tinggi saja yang dapat menguasai ilmu syahadah ini.
Sedangkan Ilmu Ghaib dan Ilmu Syahadah tidak mungkin boleh dikuasai oleh
orang-orang yang non muslim, ilmu ini hanya boleh dikuasai oleh orang
Islam tapi mengapa orang Islam di zaman ini ketinggalan sekali disemua
bidang ? pastilah ada penyebabnya………….!!!!!
Hal ini tidak
terlepas dari beberapa faktor penyebab kelemahan umat Islam di zaman ini
untuk menguasai teknologi dan Ilmu Allah yang tinggi ini antara lain :
1. Jatuhnya beberapa kerajaan Islam termasyur di dunia misalnya : Kerajaan Islam di Bagdad yang diserang oleh tentara Monghul yang menyebabkan :
• Banyak beberapa ulama tasauf dibunuh dan berkorban dalam peperangan
• Banyak kitab tasauf yang dibakar
• Banyak bangunan-bangunan/ gedung-gedung yang berteknologi Islam tinggi dibakar dan dimusnahkan.
2. Timbulnya pertentangan antara ahli syari’at dengan ahli tasauf yangmenyebabkan ;
• Banyak para ahli tasauf yang dibunuh oleh golongan syari’at antara lain ahli tasauf termasyur bernama Halaq
• Banyak ahli-ahli tasauf yang difitnah dan dikatakan membawa ajaran sesat
• Para ahli syari’at mendakwa dan menyebarkan isu bahwa ilmu tasauf,
ilmu para wali dan orang awam tidak perlu mempelajarinya, orang awam
cukup belajar masalah dosa dan pahala saja.
3. Banyak dikalangan ahli tasauf bersikap pengecut, malu untuk berterus terang dan membuka ilmunya kepada masyarakat dengan dalih rahasia
sehingga masyarakat dan generasi muda banyak yang awam atau buta tentang
ilmu ini
4. Kurangnya minat umat islam untuk mempelajari. Mendalami ilmu tasauf karena dianggap sulit dan yang mempelajarinya boleh gila, karena masyarakat menganggap ilmu ini aneh.
Empat faktor inilah yang menyebabkan ilmu tasauf dizaman sekarang ini tidak dapat dikuasai oleh umat islam.
Beruntunglah orang yang dapat menguasai ilmu ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Hasyr : 22
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib
dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-
Hasyr : 22)
Jika ilmu qalam diajar guru zahir dan ilmu ghaib
diajar oleh guru-guru ghaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh
guru batin saja yaitu diri batin kita sendiri yang telah mencapai
makrifat kepada Allah. Dengan lain perkataan Tuhan sajalah yang mengajar
diri kita akan rahasia ilmu ini.
Memang hanya orang-orang
pilihanNYA yang dapat mencapai tingkat penguasaan ilmu yang demikian.
Sebab untuk dapat menguasai ilmu-ilmu tersebut (ilmu ghaib) seseorang
perlu menyucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah tarekat. Yaitu
jalan menuju kepada Allah SWT dan dengan cara jalan mengenal diri
mengikut kaedah-kaedah tasawuf atau jalan-jalan orang sufi.
Orang yang mencapai tingkat ilmu seperti itu terlebih dahulu telah
membersihkan diri dan jiwa raganya. Makin suci hati seseorang itu dengan
Allah semakin tinggilah tahap penerimaan ilmu ghaib ini.
Firman
Allah dalam AlQuran, Surah Attaghaabun ayat 11 yang bermaksud: “Dan
barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan
petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui setiap sesuatu”.
Penguasaan ilmu yang sedemikian luas dan mendalam tersebut InsyaAllah
terjadi bagi siapapun yang telah sampai makrifah kepada Allah.
Sebagaimana perkataan Arifin Billah:
“Barang siapa yang telah mengenal Allah, maka tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi baginya”.
Allah akan memberikan anugerah kepada mereka Ilmu Ladunni, yaitu ilmu
yang diilhamkan oleh Allah kedalam hati hambanya dengan tanpa
perantaraan. Ilmu ini akan tetap bersemayam, tidak akan hilang dan tidak
akan lupa.
Menurut Abu Yazid Al Busthami dan para masayikh
lainnya, orang yang mempunyai ilmu yang demikian itu adalah orang yang
alim sebenarnya. Bukannya orang yang alim itu adalah orang yang proses
mendapatkan ilmunya dengan cara menghafal dari kitab-kitab, apabila yang
dihafalkan lupa, maka dia bodoh dan tidak mengerti.
Sesungguhnya orang yang alim adalah orang yang mengambil ilmunya
langsung dari Tuhannya, pada waktu yang dikehendaki dengan tiada sebab
menghafalkan dan belajar, maka orang yang demikian itu di sebut Al-Alim
Al-Robbany. Sebagaimana telah diisyaratkan didalam firman Allah dalam Al
Qur’an:
“Kami telah memberikan pengetahuan (kepadanya) berupa ilmu dari sisi-Ku”
Maksudnya adalah tanpa wasitoh (perantaraan) apapun dalam mendapatkan
ilmu. Apabila dalam mendapatkan ilmu dengan proses belajar kepada
makhluk, maka tidak disebut ilmu ladunni. Karena ilmu ladunni itu
terbuka di dalam sir hati tanpa ada sebab yang menghasilkan dalam
kenyataannya.
Adapun pada maqam ini, akan melihat segala hal baik
yang dilahir maupun yang batin, dan akan terbuka segala hakikat sesuatu
dengan cahaya yang nyata yang telah dianugerahkan Allah, tiada
terlindung seberat zarrah pun segala alam ini dengan sesuatu yang sesuai
dengan keadaannya, dan sesuai anugerah Allah yang diberikan kepadanya.
Yang demikian itu, tidak dapat dicari dan tidak dapat dikehendaki oleh
siapapun, seperti penjelasan dalam Al Qur’an:
“Sekalian kami anugerahi mereka dan mereka mendapatkan dari pemberian Tuhanmu, dan pemberian Tuhanmu tiada terhalang”
Dan pada maqam ini, mereka mendengar akan segala perintah, baik
melalui lidah batin maupun lahir, yaitu khatir di dalam hatinya, baik
itu dari tempat yang jauh maupun di balik gunung qaf sekalipun, semua
seruan atau perintah dapat didengarnya, karena pendengarannya meliputi
alam semesta. Dan diterangkan dalam hadits bahwasanya alam semesta ini
ada pada genggaman para Auliya’ seperti telapak kaki jua dengan
semata-mata anugerah Allah dan Rahmat-Nya.
Sesungguhnya ilmu hakekat dan ilmu makrifat adalah ilmu rasa..
Setakat hendak rasa saja belum cukup…
Mesti nak kena ada rasa dalam rasa itu…
Dan sebenarnya manusia itu tiada rasa…
Hanya Allah lah yang memberi rasa...
Kerana DIA yang punya rasa…
Sabda Nabi saw
"Sampaikan ajaranku walaupun satu ayat." (At-Termize)
“Insan adalah rahsia-Ku dan Aku rahsianya". Pengetahuan batin tentang
hakikat roh adalah rahsia kepada rahsia-rahsia-Ku. Aku campakkan ke
dalam hati hamba-hamba-Ku yang baik-baik dan tiada siapa tahu Keadaannya
melainkan Aku.” “Aku adalah sebagaimana hamba-Ku mengenali Daku. Bila
dia mencari-Ku dan ingat kepada-Ku, Aku besertanya. Jika dia mencari-Ku
di dalam, Aku mendapatkannya dengan Zat-Ku. Jika dia ingat dan
menyebut-Ku di dalam jemaah yang baik, Aku ingat dan menyebutnya di
dalam jemaah yang lebih baik”.
Syeikh Zainal Abidin bin Muhammad al-Fatani
Telah berkata
al-Allamah al-Alimah al-Fahimah Syeikh Zainal Abidin bin Muhammad
al-Fatani dalam kitab Aqidatun Najin Fi Ilmi Usuluddin pada m/s 85-86,
“Faidatun, ini suatu faedah, adalah setengah daripada negeri Jawi
banyak kedatangan bala’ dan fitnah amat besar pada membinasakan agama
Islam dan beberapa manusia yang sudah murtad, masuk agama kafir,
istimewa pula kebanyakkan orang yang jahil yang mendakwa dirinya alim
lagi sufi yang mengajar ia akan manusia akan ilmu batin (keyakinan ghaib
atau tauhid), maka yang benarnya tiada yang dinamakan dia sufi, hanya
dinamakan dia kafir dan mulhid.
Maka murad (yang dikehendaki)
daripada jahil itu orang yang tiada mengenal ia akan iktiqad yang
sebenar seperti tiada dapat dibezakan akannya iktiqad Ahlusunnah dan
antara iktiqad Jabariyah dan Qadariah, istimewa pula jahil ia akan
barang yang wajib bagi Allah dan barang yang mustahil atas-Nya dan
barang yang harus bagi-Nya.
Dan jika tiada mengenal akan sifat Ketuhanan, maka betapa boleh ia
tawajjih (mengenal) kepada Tuhan yang ia tiada kenal-Nya sekali-kali.
Maka setengah daripada mereka itu yang mendakwa akan sekalian makhluk
ini sifat Allah, maka tiadakah ia masuk kepada kafir dan meninggalkan
yang sebenarnya dan jikalau benar pada ta’wil mereka itu sekalipun,
tiada sunyi daripada jatuh didalam bida’ah yang haram lagi dosa besar
kerana perkataan yang demikian itu syubahat dan banyaklah pengajaran
yang mengkhilaf/bersalahan dengan syariat Muhammadiyah (yakni syariat
ummat Muhammad saw, bukan Muhammadiyyah Wahabi”.
Syeikh Zainal Abidin bin Muhammad al-Fatani juga menyatakan pada kitab yang sama, pada m/s 13, 14 baris daripada atas,
“Syahdan, telah berkata ulama’: “Haram belajar ilmu usuluddin daripada
orang yang tiada mahir ilmunya dan tiada mengambil daripada gurunya,
maka adalah pada zaman sekarang ini beberapa daripada manusia yang
mendakwa dirinya alim yang mengajar ia akan manusia yang awam dengan
pengajaran yang menyesatkan hamba Allah.
Dan setengah daripada
mereka itu yang berpegang dengan ayat al-Quran yang mutasyabihat/samar
atau sunnah yang mutasyabihat, pada hal tiada dilintangkan dengan
quwati’ aqliyah (pemutus hukum akal) dan naqliyah yang muhkamat/terang,
tetapi mengambil mereka itu dengan zahir ayat yang mutasyabihat.
Maka jadi jahat mereka itu pada laut kafir. Maka sesat mereka itu dan
menyesatkan mereka itu akan manusia yang awam, A’uzubillah min zalik.
Maka adalah mereka itu seperti dajjal atau terlebih jahat lagi daripada
dajjal”.
Jumaat, 21 Ogos 2015
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
0 ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.