Di zaman Nabi ada segelintir KAUM SYARIAT munafik yang datang menemui Nabi untuk bertanya beberapa soalan agama. Tujuan kedatangan mereka sebenarnya bukan untuk beriman kepada Nabi, tetapi sekadar untuk tahu apakah Nabi bisa menjawab persoalan mereka, dan sekadar untuk menguji dengan ego keakuan.
Misalnya ada yang meminta-minta dalil dan fakta demi menyakinkan mereka bahwa Nabi pernah pergi dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa lalu naik ke Langit dan pulang ke rumahnya hanya tak sampai pun dalam satu malam. Sedangkan pernyataan dari hal Masjidil Al Aqsa itu sahih namun hati mereka tetap terhijab dari melihat cahaya hakiki... "kebenaran telah terhijab disebalik keakuan diri mereka"
KAUM SYARIAT sering meminta dalil namun ketika dihuraikan dengan ilmu hakikat... hati mereka masih tertutup rapat... karna pintu kaabah sirri (hati) tetap tertutup, dan tidak sering dibuka. Demikianlah juga, memang ada segelintir KAUM SYARIAT yang tidak akan mengimani Yang Haq selagi tidak ada dalil dan faktanya yang dapat memuaskan akal mereka. Seolah-olah akal mereka itulah Tuhan mereka yang haq. Maka di manakah sebenarnya letak kekuatan dan kesahihan iman itu ketika akal hanya diletakkan diketinggian bukit Thursina tidak diketinggian alam melepasi Sidratul Muntaha?
Bagaimana memenuhi hasrat akal bagi mengimani Tuhan yang Zat-Nya Ghaib Mutlak, Malaikat yang halus tiada berjirim dan berjisim, Nabi-nabi yang tak pernah dilihat oleh mata kecuali pengkhabaran berita yang sudah menjadi sejarah, hari akhirat serta syurga dan neraka yang ilusi dan khayal disisi akal, kitab Lauhul Mahfuz yang mencatat Qada dan Qadar yang tidak pernah terlihat dengan indera... kecuali dikhabarkan oleh Rasul-Nya dan diyakini dengan hati tanpa dalil yang nyata dimata akal
"Aku dengar...aku taat..." penyataan keimanan yang tidak memerlukan dalil apapun. Percaya kepada perkara-perkara Ghaib menjadi syarat beriman kepada alam hakikat disebalik alam syariat yang kelihatan nyata... namun itulah ada sesuatu disebalik sesuatu.
Sesungguhnya bukan dalil dan kenyataan mengenai Yang Haq itu tidak ada, tetapi ada manusia yang masih gagal untuk memandang dalil dan kenyataan itu secara terang dan tersirat. Dalil yang cukup terang ialah bagaimana Allah menzahirkan tubuh dan nyawa mereka sendiri, Adakah sifat-sifat yang nyata pada dirimu itu tidak cukup untuk memberi bukti akan hak-hak Allah Yang Haq?
-
Adakah engkau yang mentadbir dirimu... atau ada selain diri mu?
-
Apakah engkau yang tahu ketika tahumu... atau dipertahukan?
-
Apakah engkau yang hidup ketika hidupmu... atau diperhidupkan?
-
Apakah engkau punya kehendak ketika merasa berkehendak... atau diperkehendakkan?
-
Apakah engkau melihat... atau diperlihatkan?
-
Apakah kata-kata itu lahir dari kalammu... atau engkau diperkatakan melalui anak lidahmu?
-
Apakah engkau berupaya dengan kuasa dari sifatmu... atau diperkuasakan?
-
Apakah penzahiran ribuan dari sifat-sifatmu... atau disifati oleh yang Maha Sempurna sifat-sifat-Nya,,, maka nikmat Tuhan yang manakah yang hendak engkau dustakan, Perhatikanlah dengan hati yang dalam... AGAR ENGKAU TIDAK MENJADI TUHAN YANG DIPERINTAH UNTUK DINAFIKAN
(Coretan oleh: Tuak ilahi)