" TIDAK MENINGGALKAN SEDIKIT PUN DARI KEBODOHAN BAGI SIAPA YANG BERKEHENDAK MENGADAKAN PADA SESUATU MASA SESUATU YANG LAIN DARIPADA APA YANG DIJADIKAN ALLAH S.W.T PADA MASA ITU. "
Dalam perjalanan menuju Allah s.w.t ada sebagian orang yang tartinggal di belakang walaupun mereka sudah melakukan amal yang sama separti yang dilakukan oleh orang lain yang lebih maju. Satu halangan yang menyekat golongan yang tartinggal itu adalah kebodohannya yang tidak mau tunduk kepada ketentuan Allah s.w.t. Dia masih dipermainkan oleh nafsu dan akal yang menghijab hatinya daripada melihat Allah s.w.t pada apa yang dilihat. Pandangannya hanya tertuju kepada alam benda dan perkara zahir saja. Dia melihat kepada keberkahan hukum sebab-musabab dan meletakkan pergantungan kepada amalnya. Dia yakin yang dia boleh mendapatkan apa yang dia ingini melalui usahanya.
Ketika rohani orang lain telah maju di dalam menuju Allah s.w.t dia masih juga berputar-pusing di dalam kesamaran dan keraguan. Nafsunya tetap melahirkan keinginan-keinginan. Keinginan diri sendiri menjadi rantai yang mengikat kaki daripada berjalan menuju Allah s.w.t. Bagaimana boleh seseorang mendekati Allah s.w.t jika dia enggan menjadikan Allah s.w.t sebagai Pengurus semua aspek kehidupannya. Walau para hamba rela atau membantah, Allah s.w.t tetap melaksanakan ketentuan-Nya. Allah s.w.t melaksanakan kehendak-Nya pada setiap masa dan tidak ada siapa yang dapat menujung-Nya.
"Tiap-tiap masa Ia (Allah) di dalam urusan (mencipta dan menkehendakkan akhluk-makhluk-Nya)." ( Ayat 29 : Surah ar-Rahman )
Allah s.w.t saja yang mencipta, meletakkan hukum dan peraturan, membagikan rezeki dan lain-lain. Dia menentukan urusan dengan bijaksana dan adil, termasuklah urusan mengenai diri kita dan apa yang terjadi pada kita. Kita memandang diri kita dan kejadian yang menimpa kita dalam sekop yang kecil. Allah s.w.t melihat kepada seluruh alam dan semua kejadian, tanpa keliru pandangan-Nya kepada diri kita dan kejadian yang menimpa kita, juga tidak beralih pandangan-Nya dari makhluk-Nya yang lain.
Urusan penkehendakan-Nya adalah menyeluruh dan sempurna. Orang yang tidak berbekas pada hatinya akan kesempurnaan Allah s.w.t itu adalah orang dungu. Dia masih juga merungut tentang perjalanan hukum takdir Ilahi, seolah-olah Tuhan harus tunduk kepada hukum makhluk-Nya. Bagi murid yang cenderung mengikuti latihan kerohanian perlulah berusaha untuk melenyapkan kehendak diri sendiri dan hidup dalam perlakuan Allah s.w.t. Jangan sekali-kali bertelagah dengan takdir karena Penentu Takdir tidak pernah berbincang dengan siapa pun dalam menentukan arus ketentuan-Nya.
Jika kita mau mengenali Allah s.w.t kita tidak boleh melihat-Nya pada satu aspek saja. Jika kita melihat Allah al-Ghafur (Maha Pengampun), kita juga harus melihat Allah al-„Aziz (Maha Keras). Jika kita melihat Allah al-Hayyu (Yang Menghidupkan) kita juga harus melihat Allah al-Mumit (Yang mematikan). Jika kita dapat melihat semua Sifat-sifat Allah s.w.t dalam satu kesatuan barulah kita dapat mengenali-Nya dengan sebenar-benar kenal. Bila Allah s.w.t dikenali dalam semua aspek, hikmat kebijaksanaan-Nya dalam menentukan sesuatu perkara pada sesuatu masa tidak terlindung lagi dari pandangan mata hati.
Hati yang tidak mau tunduk kepada Maha Pengatur tidak akan menemui kedamaian. Waktu, ruang dan kejadian akan membuatnya gelisah karena nafsunya tidak dapat menguasai semua itu. Dia inginkan sesuatu perkara pada satu masa sedangkan Maha Pengatur inginkan perkara lain. Kehendak makhluk tidak dapat mengatasi kehendak Tuhan. Jika mau hati menjadi tenteram usahakan agar hati senantiasa ingat kepada Allah s.w.t.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah”. Ketahuilah! Dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia. (Ayat 28 : Surah ar-Ra'‟d)
Berimanlah kepada Allah s.w.t dan beriman juga kepada takdir. Lepaskan paham sebab musabab yang menjadi pagar nafsu menutup hati.
"Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan siapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu." ( Ayat 11 : Surah at-Taghaabun )
0 ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.