Bismillahhirrohmanirrohim...
Sebenarnya kita menyembah pada Tuhan yang terlihat atau yang tidak terlihat?
Ketika Saidina Ali ditanya oleh para sahabat: "Wahai Ali, apakah kamu melihat Allah yang kamu sembah?
Saidina Ali berkata: "Aku tidak menyembah apa yang tidak aku lihat"
Perkataan Saidina Ali ini tidaklah salah, karena ucapan itu adalah ucapan orang yang sudah ma'rifatullah,orang yang sudah mencapai maqam fanafillah,ucapan orang hakikat jangan diartikan syareat atau dzahir atau yang tersurat saja, bahawa maksud melihat itu bukanlah melihat dalam artian syareat(mata jasad) tetapi bathin.Jadi maksud melihat Allah adalah merasakanNya, mengetahuiNya, mengenalNya secara mendalam dengan sebenar2nya hakikat.
Pernah Nabi SAW menuangkan ilmu ma’rifatullah kepada Saidina Ali, melalui Kalimat Laa ilaaha illallah.
Sebelum mengucapkan kalimat syahadah “Laa ilaaha illallah” diwajibkan bagi kita untuk melakukan jalan dan cara untuk menetapkan iktiqad tauhid sehingga diberikan hidayah petunjuk oleh Allah mengetahui ilmu ma’rifatullah, dan dipimpin oleh Allah kejalan yang lurus, sesuai dengan ayat Quran surah Muhammad ayat 19, maksudnya : Hendaklah kamu berilmu ma’rifatullah terlebih dahulu, barulah kamu berkata : Bahawa sesungguhnya Tiada Tuhan yang sebenar-benarnya melainkan Allah.
Ketika Nabi Muhammad SAW menuangkan ilmu ma’rifatullah kepada Saidina Ali baginda bersabda : Hai Ali, pejamkan kedua matamu dan engkau dengar daripada aku tiga kali aku berkata “Laa ilaaha illallah” tiga kali, dan aku mendengar bacaan engkau. Maka berkata Nabi tiga kali mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” dengan memejamkan kedua mata, Nabi mengangkat suaranya, Ali mendengarnya. Kemudian Ali mengatakan “Laa ilaaha illallah” tiga kali seperti yang dikatakan Nabi itu, dan Ali pun memejamkan kedua matanya dan mengangkatkan suaranya, sedangkan Nabi mendengar bacaan Ali pada saat Ali ibn Abi Thalib mengalami fana fillah. Kemudian Setelah Ali sadar, maka Nabi bertanya kepada Ali mengenai perjumpaannya dengan Allah, maka Ali berkata :Roaitu robbi bi'aini qolbi, faqultu laa sakka anta anta Allah.
“Kulihat Tuhanku dengan mata hatiku dan akupun berkata: tidak aku ragu engkau, engkaulah Allah”.Setelah Ali menceritakan perjumpaannya dengan Allah, maka kemudian Nabi membawa Ali di hadapan para umat dan berkata :Ana madinatul 'ilmi wa Ali baabuhaa.
“Aku adalah gudangnya ilmu dan Ali adalah pintunya”.
Didalam hadis yang lain Nabi Muhammad saw telah bersabda
Saidina Ali Rodziallah hu'an hu Bertanya kepada Rasulullah bagaimana aku nak hampir dengan Allah ya Rasulullah. Rasulullah menjawab mari dekat dengan aku ya Ali hingga bertemu lutut.
- Pejamkan mata mu,
- Tongkat kan lidah mu ke langit2,
- sebutlah nama Allah sebanyak2nya
Saidina Ali ibn Abi Thalib adalah sahabat Nabi dan sekaligus sahabat yang diberi izin untuk mengajarkan Ilmu ma'rifatullah ini dengan gelar “Karamallah Wajhahu” (fana / karam memandang wajah Allah) iaitu suatu gelaran yang hanya diberikan kepada Ali ibn Abi Thalib karena ia telah fana (karam) dalam memandang wajah Allah. Kemudian Ilmu Tasawwuf ma'rifatullah ini, diajarkan Saidina Ali kepada Hasan Basri dan dari Hasan Basri mengajarkannya kepada generasi sesudahnya dan seterusnya kemudian timbulah ilmu tasawwuf yang dinamakan dengan Tharekat sufi.
Wallahu a'lam
Sebenarnya kita menyembah pada Tuhan yang terlihat atau yang tidak terlihat?
Ketika Saidina Ali ditanya oleh para sahabat: "Wahai Ali, apakah kamu melihat Allah yang kamu sembah?
Saidina Ali berkata: "Aku tidak menyembah apa yang tidak aku lihat"
Perkataan Saidina Ali ini tidaklah salah, karena ucapan itu adalah ucapan orang yang sudah ma'rifatullah,orang yang sudah mencapai maqam fanafillah,ucapan orang hakikat jangan diartikan syareat atau dzahir atau yang tersurat saja, bahawa maksud melihat itu bukanlah melihat dalam artian syareat(mata jasad) tetapi bathin.Jadi maksud melihat Allah adalah merasakanNya, mengetahuiNya, mengenalNya secara mendalam dengan sebenar2nya hakikat.
Pernah Nabi SAW menuangkan ilmu ma’rifatullah kepada Saidina Ali, melalui Kalimat Laa ilaaha illallah.
Sebelum mengucapkan kalimat syahadah “Laa ilaaha illallah” diwajibkan bagi kita untuk melakukan jalan dan cara untuk menetapkan iktiqad tauhid sehingga diberikan hidayah petunjuk oleh Allah mengetahui ilmu ma’rifatullah, dan dipimpin oleh Allah kejalan yang lurus, sesuai dengan ayat Quran surah Muhammad ayat 19, maksudnya : Hendaklah kamu berilmu ma’rifatullah terlebih dahulu, barulah kamu berkata : Bahawa sesungguhnya Tiada Tuhan yang sebenar-benarnya melainkan Allah.
Ketika Nabi Muhammad SAW menuangkan ilmu ma’rifatullah kepada Saidina Ali baginda bersabda : Hai Ali, pejamkan kedua matamu dan engkau dengar daripada aku tiga kali aku berkata “Laa ilaaha illallah” tiga kali, dan aku mendengar bacaan engkau. Maka berkata Nabi tiga kali mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” dengan memejamkan kedua mata, Nabi mengangkat suaranya, Ali mendengarnya. Kemudian Ali mengatakan “Laa ilaaha illallah” tiga kali seperti yang dikatakan Nabi itu, dan Ali pun memejamkan kedua matanya dan mengangkatkan suaranya, sedangkan Nabi mendengar bacaan Ali pada saat Ali ibn Abi Thalib mengalami fana fillah. Kemudian Setelah Ali sadar, maka Nabi bertanya kepada Ali mengenai perjumpaannya dengan Allah, maka Ali berkata :Roaitu robbi bi'aini qolbi, faqultu laa sakka anta anta Allah.
“Kulihat Tuhanku dengan mata hatiku dan akupun berkata: tidak aku ragu engkau, engkaulah Allah”.Setelah Ali menceritakan perjumpaannya dengan Allah, maka kemudian Nabi membawa Ali di hadapan para umat dan berkata :Ana madinatul 'ilmi wa Ali baabuhaa.
“Aku adalah gudangnya ilmu dan Ali adalah pintunya”.
Didalam hadis yang lain Nabi Muhammad saw telah bersabda
Saidina Ali Rodziallah hu'an hu Bertanya kepada Rasulullah bagaimana aku nak hampir dengan Allah ya Rasulullah. Rasulullah menjawab mari dekat dengan aku ya Ali hingga bertemu lutut.
- Pejamkan mata mu,
- Tongkat kan lidah mu ke langit2,
- sebutlah nama Allah sebanyak2nya
Saidina Ali ibn Abi Thalib adalah sahabat Nabi dan sekaligus sahabat yang diberi izin untuk mengajarkan Ilmu ma'rifatullah ini dengan gelar “Karamallah Wajhahu” (fana / karam memandang wajah Allah) iaitu suatu gelaran yang hanya diberikan kepada Ali ibn Abi Thalib karena ia telah fana (karam) dalam memandang wajah Allah. Kemudian Ilmu Tasawwuf ma'rifatullah ini, diajarkan Saidina Ali kepada Hasan Basri dan dari Hasan Basri mengajarkannya kepada generasi sesudahnya dan seterusnya kemudian timbulah ilmu tasawwuf yang dinamakan dengan Tharekat sufi.
Wallahu a'lam
0 ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.