Sabtu, 4 Julai 2015

PELUANG MENDEKATI ALLAH S.W.T

Hikmat 31. "Petikan Dari Syarahan Al-Hikam"

JANGAN MENANTIKAN SELASAII SEGALA HALANGAN, KARENA YANG DEMIKIAN AKAN MENUJUNG KAMU DARI MENDEKATI ALLAH S.W.T MELALUI SESUATU YANG ENGKAU DIDUDUKKAN DI DALAMNYA. 

Qadar membawa kepada kita kejadian, suasana, rupa bentuk, nama-nama dan lain-lain. Masing-masing menarik hati kita kepadanya. Apa saja yang bertindak menarik hati menjadi penghalang untuk kita mendekati Allah s.w.t. Oleh sebab perjalanan Qadar tidak akan berhenti maka kewujudan halangan-halangan juga tidak akan habis. Jika kita lemas di dalam lautan Qadar, pandangan kita disilaukan oleh warna-warnanya dan kita dimabukkan oleh gelombangnya, maka selama-lamanya kita akan terhijab dari Allah s.w.t. Tujuan kita beriman kepada Qada dan Qadar bukanlah untuk kita lemas di dalam lautannya. Kita hendaklah tahu mengikuti rentak ombaknya dan tiupan anginnya sambil perhatian kita tertuju kepada daratan, bukan membiarkan diri kita terkubur di dasar laut. Ketika menghadapi ombak Qadar kita hendaklah menjaga perahu yang kita naiki. Perahu tersebut ialah sama ada perahu asbab atau perahu tajrid. Jika kita menaiki perahu asbab kita perlu berdayung dan menjaga kemudinya sesuai mengikut perjalanan sebab musabab. Jika kita berada dalam perahu tajrid kita akan ditolak oleh kuasa enjin tajrid tetapi kita masih perlu mengawal kemudinya agar tidak lari dari daratan yang dituju. 

Setiap Qadar yang sampai kepada kita membawa kita memasuki ruang dan waktu. Pada setiap ruang dan waktu yang kita ditempatkan itu ada kewajiban yang perlu kita laksanakan. Ia merupakan amanah yang dipertaruhkan oleh Allah s.w.t kepada kita. Qadar adalah utusan yang mengajak kita memerhatikan perbuatan Allah s.w.t, sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya dan Zat-Nya Yang Maha Suci, Maha Mulia dan Maha Tinggi. Tidak ada satu Qadar, tidak ada satu ruang dan waktu yang padanya tidak terdapat ayat-ayat atau tanda-tanda yang menceritakan tentang Allah s.w.t. Kegagalan untuk melihat kepada ayat-ayat  Allah s.w.t itu adalah karena perhatian hanya tertumpu kepada makhluk dan kejadian yang menjadi sebab musabab yang dibawa oleh Qadar yang menempati sesuatu ruang  dan waktu itu. Apabila perhatian tertumpu kepada makhluk dan kejadian maka makhluk dan kejadian itu menjadi hijab antara hamba dengan Allah s.w.t. Hamba akan melihat makhluk dan kejadian mempunyai kesan terhadap sesuatu dan dia lupa kepada kekuasaan Allah s.w.t yang mengawal segala sesuatu itu. Kewajiban si hamba ialah menghapuskan hijab tersebut agar apa juga Qadar, ruang dan waktu yang dia berada di dalamnya, dia tetap melihat kepada ayat-ayat Allah s.w.t. Hatinya tidak putus bergantung kepada Allah s.w.t. Ingatannya tidak luput dari mengingati Allah s.w.t. Mata hatinya tidak lepas dari memerhatikan sesuatu tentang Allah s.w.t. Ingatan dan perasaannya senantiasa bersama Allah s.w.t. Setiap Qadar, ruang dan waktu adalah kesempatan baginya mendekati Allah s.w.t.

Hati kita boleh mengarah kepada dunia atau kepada akhirat ketika menerima kedatangan sesuatu Qadar. Biasanya tarikan kepada dunia kita anggapkan sebagai halangan sementara tarikan kepada akhirat kita anggap sebagai jalan yang menyampaikan. Sebenarnya kedua-duanya adalah halangan karena kedua-duanya adalah alam atau makhluk yang Tuhan ciptakan. Syurga, bidadari, Kursi dan Arasy adalah makhluk yang Tuhan ciptakan. Alam ini kesemuanya adalah gelap gelita, yang meneranginya adalah karena nampaknya Allah s.w.t padanya (Hikmat 14). Alam adalah cermin yang memperlihatkan cahaya Allah s.w.t yang padanya ada kenyataan Allah s.w.t. Oleh yang demikian walau di dalam Qadar apa sekali pun kita berada, kesempatan untuk melihat Allah s.w.t dan mendekat kepada-Nya tetap ada. Kesempatan ini adalah hak Allah s.w.t terhadap hamba-Nya. Hak ini wajib ditunaikan pada waktu itu juga, tidak boleh ditunda  kepada waktu yang lain, karena pada waktu yang lain ada pula hak Allah s.w.t yang lain. 

Setengah ulama memfatwakan bahwa sembahyang yang terlepas dari waktunya boleh dilakukan semulai secara qada. Sekali pun sembahyang boleh dibuat secara qada tetapi hak Allah s.w.t yang telah terlepas tidak boleh diqada. Hamba yang benar-benar menyempurnakan kewajibannya terhadap hak Allah s.w.t ialah yang tidak berkelip mata hatinya memandang kepada Allah s.w.t, tidak kira didudukkan dalam suasana atau Qadar apa sekalipun. Setiap waktu dan ruang yang dimasukinya adalah jembatan yang menghubungkannya dengan Tuhannya.

0 ulasan:

Catat Ulasan

Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.