Hikmat 28 : "Petikan Syarahan Al-Hikam".
TIDAK BERCITA-CITA SEORANG SALIK UNTUK BERHENTI KETIKA TERJADI KASYAF (TERBUKA PERKARA GHAIB) MELAINKAN SUARA HAKIKI BERSERU KEPADANYA: “ APA YANG KAMU CARI MASIH JAUH DI HADAPAN (OLEH ITU JANGAN KAMU BERHENTI)!” DAN TIDAK TERBUKA BAGINYA ALAM MAYA MELAINKAN DIPERINGATKAN OLEH HAKIKAT ALAM ITU: “SESUNGGUHNYA KAMI ADALAH UJIAN, KARENA ITU JANGANLAH KAMU KUFUR!"
Latihan penyucian hati membawa rohani si salik meningkat dari satu peringkat kepada peringkat yang lebih tinggi. Kekuatan rohaninya bertambah dan pada masa yang sama juga pengaruh serta keadaan seperti kesadaran inderawinya berkurangan. Dalam ini rohaninya mampu menjadi penasehat kepada dirinya sendiri. Bila terlintas dalam hatinya untuk melakukan kesalahan akan tercetuslah perasaan membantah perbuatan tersebut, seolah-olah ada orang yang menasehatinya. Apabila sampai kepada satu peringkat kesucian hati akan terbuanglah dari hatinya lintasan lintasan yang bersifat duniawi, syaitani dan nafsi.
Lintasan duniawi mengheret kepada kelalaian, keseronokan dan kesenangan harta benda. Lintasan syaitani mengheret kepada melakukan syirik dan bidaah yang bertentangan dengan Sunah Rasulullah s.a.w. Lintasan nafsi pula mendorong kepada maksiat dan kemunkaran. Bila hati sudah terdinding daripada lintasan-lintasan jahat maka hati akan didatangi oleh lintasan malaki (malaikat) dan Rahmani (Tuhan).
Lintasan malaki mengajak kepada berbuat taat kepada Allah s.w.t dan meninggalkan tegahanNya. Lintasan Rahmani pula adalah tarikan langsung daripada Tuhan. Dalam lintasan-lintasan duniawi, syaitani, nafsi dan malaki, manusia mempunyai pilihan untuk menerima ataupun menolak cetusan atau rangsangan yang diterimanya itu. Akal dan imannya boleh memikir dan menimbang akan sebab dan akibat jika dia mengikuti sesuatu rangsangan itu. Tetapi, dalam lintasan Rahmani hamba tidak ada pilihan, tidak ada hukum sebab musabab yang boleh mencegahnya dan tidak ada hukum logik yang boleh mengurai kannya. Misalnya, seorang yang tidak pernah turun ke laut, tiba pergi ke laut dan tiba pada satu hari tanpa boleh ditahan-tahan dia mandi, lalu mati lemas. Soalnya, tidak dapat diterangkan mengapa dengan tiba-tiba dia mau mandi di laut dan dia tidak dapat melawan keinginan yang timbul dalam hatinya itu. Kuasa yang menariknya ke laut dan mandi lalu mati di situ dinamakan lintasan Rahmani atau tarikan ketuhanan.
Dalam perjalanan kerohanian mungkin seorang salik itu menerima lintasan Rahmani yang mengheretnya melakukan sesuatu yang kelihatan aneh, tidak masuk akal dan dia sendiri tidak dapat memberi penjelasan tentang tindak tanduknya walaupun dia masih dapat melihat perbuatan yang dilakukan oleh dirinya sendiri itu.
Semasa pengembaraannya ke dalam alam kerohanian si salik mungkin memperolehi kasyaf yaitu terbuka keghaiban kepadanya. Dia dapat melihat apa yang tersembunyi. Dia mungkin dapat melihat kepada peristiwa yang akan berlaku, dan yang telah berlaku. Mungkin juga dia dikurniakan kekeramatan seperti berjalan di atas air, menyembuhkan penyakit dan lain- lain. Dia juga mungkin dapat melihat dengan mata hatinya keadaan Alam Barzakh, syurga dan neraka. Penemuan perkara yang ganjil, ajaib dan indah-indah boleh mempesonakan si salik dan boleh menyebabkan dia menjadi keliru dengan merasakan dia sudah sampai ke puncak, lalu dia berhenti di situ. Lebih membahayakan lagi jika si salik tidak mendapat bimbingan guru atau guru yang membimbingnya tidak memahami tentang selok belok alam kerohanian. Si guru tidak dapat menjelaskan pengalaman aneh yang dialami oleh murid lalu si murid tidak ada pilihan kecuali membuat tafsirannya sendiri. Oleh sebab pengalaman tersebut adalah berkenaan perkara ghaib maka murid tadi mudah menyangkakan segala yang ghaib itu adalah aspek ketuhanan. Di sini timbullah berbagai-bagai anggapan tentang Tuhan, menyangkakan yang dia telah melihat zat Tuhan. Timbullah sangkaan yang Tuhan adalah nur dengan warna yang tertentu. Ada pula yang beranggapan Tuhan itu rupanya tegak seperti huruf alif. Ada pula yang mengatakan Tuhan adalah cahaya yang sangat halus. Bermacam-macam lagi anggapan tentang Tuhan muncul akibat kejahilan mengenai alam ghaib. Prasangka yang meletakkan Zat Allah s.w.t di dalam ruang dan berbentuk adalah kekufuran. Bahaya penyelewengan akidah kepada orang yang belajar ilmu hakikat kepada yang bukan mursyid adalah besar.
Orang yang belajar ilmu hakikat cara demikian membahaskan zat Ilahiat dengan menggunakan akalnya sedangkan akal tidak ada pengetahuan tentang zat. Murid atau salik yang mendapat bimbingan daripada guru yang mursyid dan beroleh rahmat, taufik dan hidayat daripada Allah s.w.t akan dapat melalui fitnah yang tersebut di atas dengan selamat. Salik yang masuk ke dalam Tarikan ketuhanan akan berjalan terus walau apa pun yang ditemuinya di tengah jalan, sekalipun dia ditawarkan dengan syurga. Tarikan ketuhanan yang memimpin salik itu dinamakan Petunjuk Ilmu, Perintah Batin, Petunjuk Laduni atau Suara Hakiki atau Pembimbing Hakiki. Ia adalah tarikan langsung daripada Allah s.w.t agar hamba yang Allah s.w.t mau temui itu selamat sampai kepadaNya. Salik menafikan semua yang d itemuinya. Selagi boleh disaksikan ia adalah sifat bukan zat. Sepanjang perjalanannya salik melihat bekas gubahan Tuhan, pengungkapan hikmat kebijaksanaan-- tanda yang memberi pemahaman tentang Dia. Zat Ilahiat tetap tinggal tertutup rapat oleh Nya dan tanda nur di balik nur dan tidak dapat ditembusi oleh tandasiapa pun dan penglihatan yang bagaimana pun. Jika nur yang disaksikan, maka nur adalah salah satu daripada tanda Nya dan juga salah satu daripada Nama-NamaNya. Setelah habis dinafikan sulik sampai kepada puncak -puncak kedunguannya Nya. Setelah habis yang yaitu pengakuan tentang kelemahannya mengenai zat Ilahiat. Inilah puncak pencapaian dan orang yang sampai kepada hakikat ini dinamakan orang yang bermakrifat atau orang yang mengenal Allah s.w.t. Dia mencapai hakikat maksud:
"Tidak ada sesuatu apa pun menyerupai - Nya".
Tidak ada yang menyerupaiNya dan menyamai-- Nya. Mana mungkin ada gambaran tentangNya yang boleh ditangkap oleh penglihatan? Kebodohan dan kedunguan adalah hijab yang asli dan tidak mungkin tersingkap ditentang zat Ilahiat kecuali pada hari akhirat apabila seseorang hamba diizinkan memandang dengan pandangan mata. Sebelum itu tidak mungkin melihat Allah s.w.t dengan terang-terang. Apa yang diistilahkan sebagai melihat Allah s.w.t ialah menyaksikan Allah s.w.t pada sesuatu yang didalamnya terdapat bekas penciptaanNya, tanda-tandaNya, hikmatNya dan kehendakNya. Ia merupakan penglihatan akal serta mata hati atau melihat Nur yaitu melihat Rahasia Allah s.w.t yang tersembunyi pada sekalian kejadian-- Nya. Zat Ilahiat tetap tinggal tertutup oleh keghaiban yang mutlak (Ghaibul Ghuyub).
Orang sufi selalu mengatakan mereka melihat Allah s.w.t. Apa yang mereka maksudkan ialah penglihatan ilmu dan penglihatan hati nurani, penglihatan yang mengandungi rasa kecintaan yang sangat mendalam terhadap Allah s.w.t, dan kerinduan yang membara di dalam hati mereka. Itulah penglihatan mereka yang gilakan Allah s.w.t. Jangan ditafsirkan ucapan mereka secara lafaz tetapi selami hati mereka untuk memahami keasyikan dan kemabukan yang mereka alami.
#nukilanhatiku
0 ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.